Sabtu, 15 Desember 2018

SELAMAT DATANG

         Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar keenam setelah Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung dan Makassar. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk hampir 2 juta jiwa.


KEBUDAYAAN


 1.    Dugderan

Dugderan adalah upacara tradisional yang dilakukan oleh warga Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Dugderan ini diawali dengan pemukulan beduk yang berbunyi dug dug dug, lalu disambut dengan suara dentuman meriam der sehingga masyarakat setempat menamakannya dengan nama Dugderan.
Setelah prosesi Dugderan selesai digelar pawai keliling kota dimana masyarakat tumpah ruah berpakaian adat dan menyajikan aneka festival tradisonal khas Semarang yang ditujukan untuk menyambut datangnya bulan puasa yaitu Bulan Ramadhan di Kota Semarang.

   2.    Magengan
Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan. Tidak hanya menahan nafsu makan dan minum  , tetapi juga menahan dari segala nafsu , seperti amarah dan juga hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Maksud sebenarnya dari Megengan adalah bahwa sebentar lagi mau memasuki bulan suci Ramadhan karena di bulan tersebut   umat muslim berkewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Megengan biasanya dilakukan menjelang minggu terakhir di bulan Sya’ban. Menurut ceritanya, Tradisi Megengan ini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada saat penyebaran agama Islam di Jawa, terutama Jawa Timur.

Menurut ceritanya, kue apem dan pisang raja ini apabila disatukan akan menjadi payung. Payung melambangkan perlindungan dari segala cobaan selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Dilihat dari bahan dasarnya, kue apem melambangkan kebersihan dan kesucian, karena bahan dasarnya adalah beras putih. Warna putih melambangkan kesucian. Kemudian santan, merupakan sari buah kelapa yang juga mempunyai arti  “Santen” sebagai akronim dari kata  Jawa  Sagetho Nyuwun Pangapunten yang berarti permohonan maaf. Sedangkan gula dan garam melambangkan perasaan hati. Sehingga apabila semua bahan-bahan itu dijadikan satu maka mempunyai makna simbolis,   yaitu kesucian dan ketulusan perasaan hati manusia.  Jadi secara simbolis , makan kue apem bisa diartikan memohon maaf kepada keluarga, sanak saudara dan teman. Dan setelah makan kue apem ini , biasanya orang-orang saling bersalaman saling meminta maaf dan kemudian membaca doa.

Jumat, 14 Desember 2018

ABOUT US



NAMA      : MEDIANA AYU RAMADANTY
NIM          : 3.51.16.3.07
KELAS       : 3 AB D
PRODI      : D3-ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN  : ADMINISTRASI BISNIS




   
   NAMA      : SARAH NADHIFA HASANAH
   NIM          : 3.51.16.3.16
   KELAS       : 3 AB D
   PRODI      : D3-ADMINISTRASI BISNIS
   JURUSAN  : ADMINISTRASI BISNISS



NAMA      : YULIAN RISKI ANANDA
NIM          : 3.51.16.3.23
KELAS       : 3 AB D
PRODI      : D3-ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN  : ADMINISTRASI BISNIS

LUMPIA



             Lumpia memang telah terkenal sebagai salah satu kuliner khas Semarang yang wajib dicicipi saat Anda berkesempatan mengunjungi kota Semarang. Dalam Bahasa Inggris, lumpia dikenal dengan nama spring roll karena bentuknya yang dibuat bundar. Lumpia terbuat dari adonan tepung yang diberikan isian yang dan digulung untuk dicelupkan ke dalam minyak panas.

          Selain itu, untuk isiannya lumpia juga sangat bervariasi, mulai dari daging ayam, telur orak-arik, bawang putih, potongan sayuran, ebi, hingga rebung. Perpaduan semua rasa ini akan membuat cita rasa lumpia Semarang semakin nikmat saja. Pastikan Anda bisa mencicipi menu yang satu ini saat berkunjung ke Semarang.

KAMPUNG PELANGI

Kampung Pelangi menjadi pilihan tempat wisata terbaru di Kota Semarang. Keberadaannya menyaingi Kampung Jodipan di Kota Malang. Seperti halnya Jodipan, kampung yang sebelumnya disebut dengan nama Kampung Gunung Brintik ini dulunya dikenal sebagai kampung kumuh. Proyek renovasi Pasar Bunga Kalisari yang terletak di depan kampung pun membuat tempat ini bertransformasi sehingga memiliki penampilan yang menarik.


Keberadaan Kampung Pelangi ini berhasil menarik perhatian dunia. Apalagi, setelah beberapa pengguna Instagram memajang pose berfoto dengan latar belakang warna-warni kampung. Tidak heran kalau para wisatawan pun banyak berdatangan. Hal ini memberikan dampak yang sangat positif terhadap perekonomian warga. Selain itu, warga juga mulai menyadari keuntungan yang bisa diperoleh dari aktivitas menjaga kebersihan lingkungan.

TAMAN WISATA PURI MAEROKOCO





Kalau di Jakarta ada Taman Mini Indonesia Indah (TMII), maka ada pula tempat serupa di Kota Semarang. Namanya Taman Wisata Puri Maerokoco. Wisatawan pun kerap menyebut tempat ini sebagai TMII dari Jawa Tengah. Di tempat wisata di Semarang ini, para pengunjung bisa menyaksikan keberadaan minatur tempat-tempat wisata serta rumah adat dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Tidak ketinggalan, terdapat pula hasil industri dan kerajinan dari masing-masing daerah.

Dengan fasilitas tersebut, tidak heran kalau berkunjung ke Maerokoco seolah berkeliling Jawa Tengah. Anda bisa menyaksikan berbagai miniatur tempat wisata di Jawa Tengah yang terkenal. Mulai dari Candi Borobudur, Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak, hingga Masjid Mantingan. Sebagai tambahan, terdapat pula beberapa fasilitas hiburan seperti kolam renang, kereta gantung, komidi putar, dan lain-lain.

UMBUL SIDOMUKTI


Tempat wisata di Semarang yang satu ini dikenal sebagai area wisata dengan fasilitas yang komplet. Umbul Sidomukti terletak di lereng Gunung Ungaran yang memiliki ketinggian mencapai 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) sehingga memiliki suhu yang sejuk. Tidak heran kalau wisatawan merasa nyaman saat berada di kawasan wisata ini.





Tidak perlu khawatir dengan pilihan aktivitas selama berada di tempat wisata ini. Mulai dari kolam renang alami, kafe dengan pemandangan yang menyejukkan mata, fasilitas outbond, area berkemah, hingga pondok wisata bisa ditemukan di tempat wisata ini. Kalau mau, Anda juga bisa melakukan aktivitas trekking menyusuri kawasan di sekitar Umbul Sidomukti.

CANDI GEDONG SONGO



  Kompleks Candi Gedong Songo yang terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang bisa menjadi persinggahan berikutnya. Berada di lereng Gunung Ungaran, tempat wisata di Semarang ini tidak hanya menjadi tempat wisata bersejarah namun juga dikenal sebagai tempat wisata yang menawarkan pemandangan memukau. Sebagai bonus, Anda juga akan menjumpai kolam pemandian air panas alami di kompleks candi ini.

Sesuai dengan namanya, Candi Gedong Songo ini terdiri dari sembilan bangunan candi. Menariknya, candi ini dulu sempat disebut dengan nama Candi Gedong Pitu, karena pada saat itu hanya ditemukan sebanyak tujuh candi. Baru pada rentang 1908-1911, ditemukan kembali dua candi di area yang sama sehingga namanya pun berubah menjadi Candi Gedong Songo. Candi-candi tersebut diketahui merupakan peninggalan dari Wangsa Syailendra yang berkuasa pada abad ke-9 Masehi.










PAGODA AVALOKITESVARA

  Pagoda Avalokitesvara di Watugong dapat menjadi pilihan lain tempat wisata menarik di kota multi etnis ini. Pagoda yang menjadi bagian dari Kompleks Vihara Buddhagaya Watugong ini memiliki ketinggian 45 meter dan terdapat 7 lantai di pagoda ini. Pada masing-masing tingkat, ada patung Dewi Kwan Im yang diposisikan menghadap ke empat penjuru mata angin.


      


Tempat wisata di Semarang ini memiliki bentuk yang unik, tidak jauh berbeda dengan pagoda yang ada di negeri Tiongkok. Para wisatawan yang datang ke tempat wisata di Semarang ini kerap menghabiskan waktunya untuk berfoto dengan latar belakang pagoda. Kalau mau, wisatawan juga bisa mengikuti ritual tjiam shi yang bertujuan untuk meramal nasib. Ritual ini kerap dilakukan oleh umat Budha yang tengah beribadah di kompleks vihara.

KLENTENG SAM POO KONG






















Dikenal sebagai kota multietnis, Semarang juga menjadi tempat yang menarik untuk menyaksikan keanekaragaman suku. Salah satu tempat wisata di Semarang yang cocok untuk kegiatan tersebut adalah Klenteng Sam Poo Kong yang merupakan tempat beribadah etnis Tionghoa di Semarang. Tempat wisata di Semarang ini dibangun di lokasi kedatangan laksamana dari Tiongkok yang terkenal, yakni Laksamana Cheng Ho pada tahun 1400-an.

Klenteng yang terletak di kawasan Simongan, Semarang ini memiliki desain arsitektur khas Tiongkok. Warna merah pun menjadi warna dominan pada bangunan kelenteng. Kompleks kelenteng yang juga disebut dengan nama Klenteng Gunung Batu ini memiliki luas mencapai 3,2 hektare. Di dalamnya terdapat lima bangunan, yakni Sam Poo Kong, Tho Tee Kong, Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkat, serta Kyai Cundrik Bumi.

LAWANG SEWU

Lawang Sewu bisa menjadi persinggahan menarik berikutnya di Kota Semarang. Kerap disebut sebagai bangunan yang angker, Lawang Sewu merupakan gedung tua yang dulunya berfungsi sebagai kantor pusat Indische Spoorweg Maatscappij (NIS). NIS dikenal sebagai perusahaan yang membangun jalur kereta antara Semarang dengan Solo dan Jogja.



Gedung yang dibangun pada tahun 1904 ini memiliki bentuk yang sangat unik dengan ciri khas mempunyai banyak pintu dan jendela. Karena jumlahnya yang banyak, masyarakat setempat pun menyebut bangunan ini sebagai Lawang Sewu, yang artinya seribu pintu. Meski, sejatinya jumlah pintu pada gedung tiga lantai ini tidak mencapai angka 1.000 dan hanya mempunyai 429 pintu. Beragam kisah mistis menyelimuti tempat wisata di Semarang ini. Konon, terdapat beberapa lokasi angker yang bisa dijumpai di dalam gedung. Di antaranya adalah pada area sumur tua, pintu utama, penjara berdiri, penjara bawah tanah, penjara jongkok, serta ruang penyiksaan tawanan. Berbagai penampakan pun kabarnya sering terjadi di tempat wisata ini. Mulai dari hantu tentara Belanda, kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain.

SEJARAH KOTA SEMARANG




Sejarah Kota Semarang bermula sekitar abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir Pulau Jawa yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Jejak jejak tempat pendaratan Cheng Ho ini sampai sekarang masih dikunjungi di Sam Po Kong (Gedung Batu) dan replika kapalnya berada di sungai di depan Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok.

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R. Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.


Kini Kota Semarang telah berusia usia 465 tahun, umur yang sudah matang bagi sebuah kota, terus membangun, untuk berusaha mengejar ketertinggalan untuk menjadi setara dengan Kota Kota besar lainnya seperti Jakarta atau Surabaya.
























BANDENG PRESTO




Bendeng presto juga menjadi salah satu kuliner terbaik khas Semarang yang layak Anda cicipi saat mengunjungi Semarang. Banden presto terbuat dari olahan ikan bandeng yang dimasak dengan cara presto gula melunakkan dan menghilangkan duri ikan bandeng yang terlampau banyak.

Presto merupakan sebuah teknik memasak dengan menggunakan tekanan uap air yang tinggi, dan biasanya panci akan dikunci rapat agar airnya tidak meluap. Selain itu, tambahan daun pisang juga dibutuhkan untuk memasak dengan cara presto di bagian bawahnya. Namun, ingat jangan lupa bumbu yang harus di baluri pada ikan bandeng sebelum memasaknya.